;

Ketika Stres Menghampiriku

Awal tahun 2010 merupakan waktu yang sangat kejam buat perjalanan hidup saya selama hampir 20 tahun berpijak di bumi ini. Terasa seperti hidup saya tidak bermakna dan tidak berarti lagi. Pada hal saya telah berjanji di akhir desember 2009, “saya ingin menjadi lebih baik dari tahun-tahun kemarin”. Namun apa daya, tak sempat terbayangkan tantangan demi tantangan, dan cobaan demi cobaan selalu datang silih berganti.

Hari demi hari di awal tahun 2010 telah saya lalui, kenangan pahit dan manis pun sudah saya ukir. Sayang, ternyata kenangan pahit yang membuat hidup ini terasa hampa yang banyak di rasakan. Apakah dengan janji saya di akhir 2009lah yang membuat saya harus menghadapi ujian ini…??? Mungkin juga, sebab pernah saya bercerita dengan salah seorang teman saya dan dia mengatakan: “ Mungkin karena kita kuat sehingga cobaan itu bisa datang”. Sering saya pikirkan, mungkin orang yang ingin menjadi baiklah yang selalu mendapatkan tantangan sebelum ia berubah, dan saya meyakinkan ucapan yang dikatakan oleh teman saya itu.

Stres dan stressor sering selalu saya rasakan. Penyebabnya sederhana, tapi efeknya sangat menyakitkan. Hati sakit, kecewa, kesal dan patah semangat selalu menghantui hidup saya. Ketika stres itu muncul sering saya menyamakan diri dengan binatang. Sering saya bertanya dalam hati saya, kenapa hanya karena masalah sepeleh seperti ini saya bisa menjadi stres…? Pikiran saya kaco dan tidak terkontrol. Hingga suatu hari, saya menulis pada foto anjing dan unta lalu saya tampilkan pada screen sever nootebook saya. Dalam screen sever yang bergambar unta itu saya mengukir beberapa kalimat yang berbunyi: “lebih baik jadi untah saja. Tidak kenal stres dan selalu hidup damai dan bersaudara. Dari pada jadi manusia, setiap hari stress terus, hanya karena persoalan kecil”. Masih banyak lagi tulisan-tulisan yang saya ukir dan tampilkan pada nootbook saya. Tulisan-tulisan itu merupakan ungkapan kekecewaan saya terhadap situasi yang saya rasakan di awal tahun 2010 itu.

Cara demi cara selalu saya lakukan untuk menghilangkan stress itu, tetapi hidup saya saat itu berantakan dan tak berdaya sehingga semuanya gagal. Ingin saya ceritakan kepada sahabat-sahabat saya, namun tak sanggup. Perasaan malulah yang selalu menyelimuti pikiran saya. Memang benar pepatah yang mengatakan “ malu bertanya sesat di jalan” tapi apa kata. Malu adalah sifat bawahan saya. Sejak lahir sampai saat inipun saya selalu sulit untuk menceritakan suatu problem serius yang saya alami kepada siapapun. Di sisi lain, saya malu karena problem itu sangat sederhana. Memang benar…!!! Sederhana tapi menyakitkan. Itulah yang saya rasakan saat itu. Yang mampu kuceritakan hanyalah cerita sindiran yang berkaitan dengan situasi saya saat itu.

Hidup terasa hampa. Semua yang saya lakukan terasa tidak berarti dan tidak ada gunanya. Kata orang-orang “jangan persalahkan hidup karena semuanya adalah pemberian Tuhan untuk di nikmati dan hidup selalu di warna warnai oleh rasa senang dan sedih, baik, dan buruk dan setrerusnya”. Saya sadar dan mengerti akan kalimat itu. Akan tetapi stressor itu membuat saya sulit menerima dan menghayati kalimat itu dengan sepenuhnya.

Stressor itu membuat saya selalu melakukan hal-hal yang aneh yang sebenarnya tidak boleh saya lakukan. Saya memang terlalu hingga menjadi sangat keterlaluan. SMS tidak jelas kepada saudara/I saya dan teman-teman saya, kata sindiran dan cuek telah saya lakukan. Sering saya memukul tembok, dan membantingkan kaki. Tidak ada tujuan yang terarah dan jelas dengan tingkah laku saya saat itu.

Hingga suatu malam saya mengalami stress yang cukup berat. Saya tidak bisa belajar dan tidak betah di kost tempat saya tinggal. Ketika itu ada pikiran untuk jalan-jalan tapi tidak ada tujuan yang jelas untuk kemana. Saat saya melewati sebuah warnet (warung internet) ada inisiatif untuk masuk membuka Facebook (online). Ketika itu saya masuk dan membuka Facebook punya saya. Disana saya menemukan seorang kenalan dan dia seorang Frater (calon Imam Katolik) yang berasal dari tempat saya lahir yang kini studi di Portugal. Kebetulan, saya kenal dan cukup tau tentang dia.
Saat itu si Frater sedang online dan kebetulan ada dalam pertemanan Facebook saya. Lalu di sana muncul suatu keinginan untuk meminta jalan keluar dari Frater itu. Pada dialah saya menceritakan semua problem hidup yang saya alami. Karena saya yakin dan percaya dia adalah calon Imam yang bisa membantu mengatasi persoalan hidup saya.
Tidak ada rasa malu dalam diri saya lagi, yang ada adalah keinginan untuk keluar dari stressor yang saya alami. Mungkin karena dia adalah seorang calon Imam dan juga jauh dari saya sehingga saya berani menceritakan kepada si Frater itu. Ungkapan kejujuran tentang stressor yang saya alami, terpaksa saya pantunkan kepadannya. Saya ceritakan semua penyebab stress yang saya alami. Dan ketika itu dia memberikan jalan keluar bagi saya dan sangat fantastis. Yang di katakannya kepada saya adalah; “ lu bukan bunuh orang kan… bae-bae dengan dia sa to… damai maksudnya… kalo lu yang salah kesana dan minta maaf. Berniat untuk minta maaf itu sungguh son kasi jatuh martabat lu… kenapa harus siksa diri dengan perasaan begitu…? Itu terakhir lu tidak bisa buat apa-apa… studi son jelas gara-gara pikir itu barang… santé sa, yang paling penting kalo lu salah lu minta maaf dan bae-bae sa… dia ju akan bae-bae dengan lu… dia bukan batu… ada perasaan ju… yakin atau tidak kuncinya lu… selalu tampilkan diri menarik di depan dia… tampilkan diri menarik tu seperti buat yang baik baik sa… bukan soal tampilan yang laen… intinya lu selalu rendah diri kepada siapa saja… karna di situ akan hadir damai…”. Puji Tuhan, kata-kata si Frater ini membuat saya sangat terharu. Sungguh, lewat kata-kata itu saya menemukan suatu kedamaian dalam hati yang sangat berarti dalam hidup saya dan stressor itu bisa saya atasi. Dari situ muncul inisiatif untuk memperbaharui hidup saya dan ingin selalu hidup damai dengan keluarga dan semua orang yang saya jumpai.

Akhirnya saya sadar dan semoga tidak kembali ke stressor yang sama lagi. Lebih baik pegang ini kata-kata: Berdamailah selalu dengan semua orang… Jangan pernah berprasangka salah kepada saudara/I mu, dan teman-temanmu ataupun siapa saja , sebab apa yang dia lakukan tidak mungkin direncanakan untuk merugikan diri kita. Prasangka buruk itu hanya bisa membuat hati luka dan menyiksa perasaan kita sendiri.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Posting Komentar

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Popular Posts

Postingan Terbaru

Diberdayakan oleh Blogger.
Social Bookmarking