;

Kenapa Bukan Bapak tapi Mama?

Kupersembahkan untuk anak-anak rantauan khususnya yang jauh dari Pulau Timor Tercinta.

Kangen/ atau rindu sering terasa dalam setiap benak kita. Sebagai seorang anak rantau, rindu akan orang tua dan sanak keluarga itu hal biasa karena jarak yang begitu  jauh. Betapa sulitnya untuk pergi jauh meninggalkan keluarga. Sering air mata tumpah akan perasaan rindu terhadap mereka. Tapi kita selalu lebih merindukan mama. Lalu bagaimana dengan bapak?

Mungkin sewaktu kecil kita selalu di bujuk-bujuki oleh mama ketika kita menangis? Tapi tahukah bahwa walaupun lelah sepulang dari pekerjaan bapak selalu menanyakan. "Mama, apakah anak kita baik-baik saja hari ini?"

Saat kita mengijak usia sekolah , bapak mengajari kita untuk menulis dan membaca. Jika kita malas bapak selalu membentak dan memarahi kita. Dengan berkata: "kamu mau jadi pintar atau mau jadi bodok". Tapi mama selalu membujuki dan berkata: ‘nak, kalo kamu belajar mama belikan sepeda buat kamu’. Tahukah kamu bahwa ketika itu bapak menginginkan agar kamu menjadi anak yang suatu saat dapat mengharumkan nama baik keluarga dengan kepintaraan anda?

Ketika kita sudah bersekolah, setiap pagi bapak selalu mengantar kita kesekolah setiap tepat waktu. Tahukah kita bahwa saat itu bapak tidak tega membiarkan kita berjalan sendirian?

Pada saat kita berinjak remaja, bapak selalu menasehati kita agar jangan nakal. Dan suatu hari kita kedapatan minuman keras. Lalu bapak memarahi kita dan tidak memberikan uang saku untuk hari-hari berikutnya. Tapi tanpa sepengetahuan bapak, dengan sembunyi, mama memberikan kita uang saku. Tahukah kita bahwa bapak melakukan hal itu untuk menjaga kita? Karena bagi bapak, kita sangat berharga baginya dan keluarga dan juga ia sangat mencintai kita.

Saat kita minta ijin untuk keluar malam. Bapak mengatakan: “ tidak boleh….!” Tahukah kita, pada saat itu bapak sangat mengkhwatirkan keadaan kita jika kita bepergian malam bersama teman-teman? Setelah itu kita membanting pintu dan masuk mengunci kamar. Lalu ada seorang sosok wanita yang pergi mengetok pintu kamar, dialah mama. Tahukah kita bahwa saat itu bapak tidak bisa memejamkan matanya dan di dalam batinnya ia ingin mengikuti kehendak kita tapi lagi, lagi ia harus senantiasa menjaga kita?

Saat kita sudah dipercaya, bapak memberikan kelonggaran untuk keluar malam tapi tidak sampai larut. Saat itu kita bersenang-senang dengan teman-teman hingga tidak ingat waktu kapan harus pulang hingga telat kembali kerumah. Ketika kita membuka pintu, bapak memandang dengan wajah yang kejam dan memarahi kita. Sadarkah kita, saat itu bapak telat tidur karena menunggu kita dengan rasa khwatirnya?

Sadarkah kita, bahwa yang sangat memberatkan hati bapak akan segera tiba. Bahwa putra/I kesayanganya akan segera pergi meninggalkan bapak dan sanak keluarga. Setelah tamat SMA, bapak sangat menginginkan kita untuk menjadi seorang serjana. Ingatlah, bahwa keinginan bapak itu hanya semata-mata demi masa depan kita. Bapak menanyakan kepada kita untuk memilih mau jadi serjana apa? Dan ketika kita menjawab pilihan kita bapak tersenyum dan dalam batinya ia berterimah kasih karena kita mau untuk melanjutkan sekolah kita nanti.

Saatnya sudah tiba dan Kita harus kekota lain untuk kuliah. Semalam sebelum berangkat, mama mengundang sanak keluarga untuk berdoa bersama atas keberangkatan kita esok. Tahukah kita, saat itu hati bapak sangat sedih dan terharu akan keberangkatamu besok? Bapak hanya menasehati kita untuk selalu berbuat baik di tanah orang.

Keesokan harinya, bapak, mama, kakak adik dan sebagian keluarga harus melepas kita di bandara. Sadarkah kita, saat itu badan bapak terasa kaku untuk memeluk kita? Bapak hanya tersenyum dan sekali lagi ia menasehati kita dan selalu mengatakan "hati-hati". Padahal bapak ingin sekali menangis dan memeluk kita erat-erat seperti yang mama lakukan. Bapak hanya bisa menghapus sedikit air mata sambil menepuk bahu kita dan berkata: “ jaga dirimu baik-baik nak”. Bapak melakukan demikian karena dia ingin kita kuat dan pergi menjadi dewasa.

Disaat kita membutuhkan uang semester dan biaya kehidupan setiap hari. Orang pertama yang dicucuri keringat adalah bapak. Bapak selalu senatiasa mencari jalan agar anaknya bisa sama dengan teman-teman yang lain. Ketika permintaan kita bukan lagi baju atau pakian melainkan leptop atau sepeda motor, bapak tahu ia tidak bisa memberikan keininginan kita itu. Kata-kata yang keluar adalah: “ tidak, kamu belajar dulu. Pokoknya tidak bisa”. Tahukah kita, bahwa didalam batin dan pikirannya, disaat itu bapak merasa gagal karena tidak membuat anaknya tersenyum.

Ketika kita akan diwisuda sebagai seorang serjana. Ketahuilah bahwa bapak adalah orang pertama yang bangga dan memberikan pujian buat kita. Bapak akan tersenyum dan melihat putra/putri kecilnya yang tidak manja telah tumbuh dewasa dan menjadi seseorang.

Saat kita hendak menikah, bapak akan selalu menghendaki agar pasangan hidup kita adalah orang yang baik-baik. Dan saat kita duduk di pelaminan bapak akan tersenyum bahagia karena kita sudah menemukan pilihan hidup kita yang akan menggantikan dan sebagai penerus keluarga kita. Ketahuilah, pada saat yang berbahagia itu bapak akan meneteskan air matanya?

Bapak menangis karena ia sanngat bahagia kemudian akan berdoa kepada Tuhan. “Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik.... Putra/I yang kucintai telah menjadi bertumbuh dewasa.... Bahagiakanlah ia bersama pasangan hidupnya..."

Setelah itu bapak akan menunggu  untuk menjenguk kita bersama cucu-cucu kesayanganya. Dengan rambut yang memutih serta lengan yang tidak kuat lagi untuk menjaga kita, sesering juga bapak akan pergi menjenguk kita. Bapak hanya ingin melihat dan tahu kabar kita dan cucu-cucunya.

Kini bapak sudah menyelesaikan tugasnya.

Bagaimanapun seorang dia, dialah seorang bapak, papa, Ayah,atau Ama (Timor: Dawan) kita. Dialah sosok yang tegas bahkan disaat ia memanjakan kita. Dialah orang yang selalu mengatakan “kamu bisa” dalam situasi apapun.


“Semua yang dilakukan orang tua adalah untuk kesuksesan kita. Dengan kerja keras orang tua bisa menyekolahkan kita. Dialah pahlawan. Dia adalah usi (dawan). Disamping itu pula kita juga kuat di tempat ini selain karena orang tua, ada juga yang sangat mendukung kita, yang selalu membanggakan kita sebagai bagian dari mereka. Mereka adalah saudara/I dan keluarga.”
Tolong sampaikan komentar mengenai artikel tersebut...


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

1 comment

Anonim
7 Februari 2011 pukul 22.35

very good for your words and struggle, and your achievements. iadult add hope agan and move on do not even think to retreat, but always be thankful to the Lord for what you got. survivors struggling, and the Lord be with you always

Posting Komentar

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Popular Posts

Postingan Terbaru

Diberdayakan oleh Blogger.
Social Bookmarking